PENERAPAN PRINSIP KERJASAMA DALAM BUKU
KALILAH WA DIMNAH PADA JUDUL AL-CHIMAR WAL ASAD KARYA BAIDIBA AL-HINDIY (KAJIAN PRAGMATIK)
Diajukan untuk memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Pragmatik
Oleh:
Isti’anah (C1013030)
Mohammad Yasir (C1013034)
PROGRAM STUDI SASTRA ARAB
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Pada dasarnya bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan pesan yang ingin disampaikan kepada mitra tutur. Selanjutnya mitra tutur diharapkan menangkap mengenai yang telah dikemukakan oleh penutur. Dengan adanya 2 tujuan ini, maka orang akan berbicara sejelas mungkin, tidak berbelit-belit, ringkas, tidak berlebihan, berbicara secara wajar (termasuk volume suara yang wajar). Allan (Wijana, 1996: 45) Di dalam berbicara, penutur dan mitra tutur sama-sama menyadari bahwa ada kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, dan interpretasi-interpretasinya terhadap tindakan dan ucapan mitra tutur. Setiap peserta tindak tutur bertanggung jawab terhada tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah kebahasaan di dalam interaksi lingual itu.
Tidak sedikit dari kita yang menyadari bahwa dalam berkomunikasi telah melakukan sebuah kerjasama atau dalam pragmatic disebut prinsip kerjasama. Prinsip kerja sama dalam sebuah komunikasi sangat dibutuhkan oleh peserta tutur supaya terjalin komunikasi yang kooperatif. Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut terdapat maksim yang harus dipatuhi oleh peserta tutur. Dari kedua prinsip tersebut, prinsip kerjasama lebih menarik perhatian penulis untuk menganalisis penerapan prinsip kerjasama dalam sebuah cerita al-Chimar wal Asad karya Baidiba al-Hindiy dalam buku Kalilah wa Dimnah.
- Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan, maka masalah yang menjadi bahan kajian dalam penelitian ini adalah:
- Maksim prinsip kerjasama apa saja yang digunakan dalam cerita al-Chimar wal Asad karya Baidiba al-Hindiy?
- Bagaimana penerapan maksim prinsip kerjasama dalam cerita al-Chimar wal Asad karya Baidiba al-Hindiy?
- Tujuan dan Manfaat Penelitian
- Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
- Mendeskripsikan maksim prinsip kerjasama yang digunakan dalam cerita al-Chimar wal Asad karya Baidiba al-Hindiy.
- Mengidentifikasi ujaran atau kalimat maksim prinsip kerjasama dalam al-Chimar wal Asad karya Baidiba al-Hindiy.
- Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
- Mengetahui maksim prinsip kerjasama yang digunakan dalam cerita al-Chimar wal Asad karya Baidiba al-Hindiy.
- Mengetahui bentuk ujaran atau kalimat maksim prinsip kerjasama yang digunakan dalam cerita al-Chimar wal Asad karya Baidiba al-Hindiy.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Makna Pragmatik
Parker (dalam Wijana, 1996) mengemukakan pragmatics is distinct from grammar, which is the study of the internal structure of language. Pragmatics is the study of how language is used to communicate.
Pendapat Parker tersebut diungkapkan kembali oleh Putu (1996) bahwa pragmatic adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kabahasaan itu digunakan di dalam komunikasi.
Leech (1983: 6 ) melihat pragmatik sebagai bidang kajian dalam linguistik yang mempunyai kaitan dengan semantik. Keterkaitan ini disebut semantisisme, yaitu melihat pragmatik sebagai bagian dari semantik; pragmatisisme, yaitu melihat semantik sebagai bagian dari pragmatik; dan komplementarisme, atau melihat semantik dan pragmatik sebagai dua bidang yang saling melengkapi.
2.2 Prinsip Kerjasama
Prinsip kerja sama merupakan cara bertutur yang harus dilakukan pembicara dan lawan bicara agar proses komunikasi itu berjalan dengan lancar (Wijana, 1996).
Grice (dalam Wijana, 1996) mengemukakan bahwa dalam melakukan prinsip kerja sama setiap penutur harus mematuhi 4 maksim percakapan, yakni:
- Maksim kuantitas
Maksim ini menghendaki setiap peserta pertuturan memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya.
- Maksim kualitas
Maksim ini mewajibkan setiap peserta percakapan mengatakan hal yang sebenarnya. Kontribusi pesertapercakapan hendaknya didasarkan pada bukti-bukti yang memadai. Apabila patuh pada prinsip ini, jangan pernah mengatakan sesuatu yang diyakini bahwa itu kurang benar atau tidak benar.
- Maksim relevansi
Maksim ini mengharuskan setiap peserta percakapan memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan.
- Maksim pelaksanaan
Maksim ini mengharuskan setiap peserta percakapan berbicara secara langsung, tidak kabur, tidak taksa, dan tidak berlebih-lebihan, serta runtut.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Subjek dan Objek Penelitian
Pada pelaksanaan penelitian ini, penulis melakukan penelitian mengenai penerapan prinsip kerja sama yang terdapat dalam cerita “al-Chimar wal Asad Karya Baidiba al-Hindiy” dengan subjek penelitiannya dialog atau percakapan dalam cerita tersebut.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik baca catat dan riset kepustakaan. Teknik baca catat adalah teknik pemerolehan data kebahasaan dengan cara membaca suatu bacaan yang dilanjutkan dengan pengadaan pencatatan terhadapa data yang relevan. Teknik riset kepustakaan adalah teknik yang digunakan untuk menelaah dan mencari berbagai buku sebagai bahan pustaka yang digunakan untuk sumber tertulis. Sumber pokoknya adalah semua buku yang berkaitan tentang prinsip kerja sama yang digunakan sebagai objek penelitian ini.
3.3 Metode Analisis Data
Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalahpenelitian deskriptif kualitatif. Teknik deskriptif kualitatif adalah teknik yang dapat digunakan untuk menggambarkan, menguraikan dan menjelaskan fenomena objek penelitian dan dalam penelitiannya tidak menggunakan prosedur statistik. Dengan teknik deskriptif kualitatif peneliti berusaha mendeskripsikan makna tuturan sehingga memperoleh jenis maksim yang dijelaskan pada prinsip kerja sama dalam cerita “al-Chimar wal Asad Karya Baidiba al-Hindiy”. Analisis data dilakukan selama pengumpulan data untuk mengetahui kontribusi penerapan kerjasama pada percakapan antara tokoh al-Chimar dan Asad.
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari penjabaran prinsip-prinsip kerja sama diatas, muncul beberapa wacana lisan berupa dialog (percakapan) yang berhubungan dengan prinsip-prinsip kerja sama. Hal itu dapat dilihat pada contoh dialog berikut ini :
- Percakapan ini berlangsung di sebuah hutan antara Singa (الأسد) dan Rubah (الثعلب). Pada pecakapan tersebut Singa memerintahkan Rubah untuk menyiapkan makanan untuknya.
في يوم من الأيام أصبح الأسد جائعا
فقال للثعلب : احضر لي طعاما، وإلا اضطررت لأكلك
فقال الثعلب : امهلني حتى احضر لك حمارا لتأكله
قال الأسد: حسنا اذهب ولا تتأخر
Pada suatu hari, singa merasa lapar.
Dan berkata kepada rubah : Hidangkan makanan kepadaku, jika
tidak, terpaksa aku akan memakanmu
Rubah berkata : Berilah waktu, sehingga aku bisa
menghadirkan keledai untuk kau
makan.
Singa berkata : Baiklah! Pergi dan jangan terlamabat!
Dari percakapan ini dapat dilihat terdapat maksim cara. Maksim cara ini terdapat pada dialog Rubah “Berilah waktu, hingga aku menghadirkan keledai untuk kau makan”. Di sini Rubah menanggapi perintah dari Singa dengan memberikan toleran waktu untuk menyiapkan makanan untuk Singa. Kalimat yang digunakan pada maksim ini berupa kalimat penawaran. Namun berdasarkan jawaban dari Rubah itu Singa dapat menerimanya sehingga dia memberikan waktu Rubah untuk segera menyiapkan makanan meskipun ada rasa kekesalan pada dirinya.
- Percakapan terjadi saat Rubah bertemu dengan keledai dan hendak menyajikan keledai untuk makanan Singa.
فذهب الثعلب إلى الحمار
وقال له : أيها الحمار إن الأسد يبحث عن ملك آخر للغابة فاذهب إليه حتى تتقرب منه
فتعجب الحمار وأخذ يفكر ويحلم بالمنصب الذي ينتظره. ويحلم بهيئة مملكته وحاشيته، وعندما وصل الحمار عند الأسد، .قبل أن يتكلم ضربه الأسد على رأسه فقطع أذنيه ففر الحمار على الفور
قال الأسد غاضبا : يا ثعلب احضر لي الحمار ثانية وإلا أكلتك
Dan berkata kepadanya : Hai keledai, singa sedang mencari raja
yang lain untuk hutan, pergilah kesana
hingga kamu mendekatinya
Keledai pun terkejut dan berfikir sambil membayangkan kedudukan yang mendukungnya, dan juga ia membayangkan tentang bentuk kerajaannya serta penduduknya, dan ketika keledai sampai kepada singa, dan sebelum keledai berbicara singa menerkam kepalanya hingga memotong kedua daun telinganya dan kaburlah keledai seketika.
Singa berkata dengan marah : Hai rubah, datangkan padaku keledai
itu, jika tidak aku akan memakanmu.
Dari percakapan ini dapat dilihat pelanggaran maksim kualitas. Pelanggaran maksim kualitas karena Rubah menyembunyikan sesuatu atas jawaban yang diutarakan alias tidak berterus terang atau sedang berbohong sehingga tuturan tidak berkualitas lagi. Rubah mengatakan hal tersebut karena ingin “menggiring” keledai kepada Singa sehinga Singa dapat memakan Keledai dan tidak jadi memakan Rubah. Dengan kata lain maksud dari Rubah untuk menyelamatkan dirinya sendiri.
- Percakapan terjadi ketika Rubah kembali menghampiri Keledai yang kabur dari Singa.
وقال له : صحيح إنك حمار، كيف تترك مجلس الأسد(ملك الغابة) وتضيع على نفسك هذا المنصب، ألا تريد أن تصبح ملكا؟
قال الحمار حيلتك مكشوفة، تقول إنه يريد أن ينصبني ملكا وهو في الحقيقة يريد أن يأكلني، لقد ضربني على رأسي حتى طارت أذناي
قال الثعلب : كان يجب أن تطير أذناك حت يضع التاج على رأسك
قال الحمار :كلام معقول هيا بنا للأسد لأعتذر له عن فراري
Maka rubah tersebut pergi kepada keledai untuk kedua kalinya
Dan berkata kepadanya : Benar kamu adalah keledai, bagaimana
bisa kamu meninggalkan singgasana
singa (raja hutan) dan meninggalkan
kesempatan untuk mendapatkan
kedudukan ini, apa kamu tidak ingin
menjadi raja?
Keledai berkata : Tipu dayamu itu ketahuan, kamu
berkata singa ingin menjadikanku raja
tetapi sebenarnya dia ingin memakanku,
dia telah menerkam kepalaku hingga
hilang telingaku
Rubah berkata : Memang telingamu itu harus hilang
sehingga mahkota raja dapat ditaruh
dikepalamu
Keledai berkata : Ucapan yang masuk akal, mari kita
pergi ke singa untuk meminta maaf atas
kaburku.
Dari percakapan ini terdapat maksim kuantitas, cara dan maksim relevan. Maksim kuantitas terdapat dalam ucapan keledai kepada rubah yang berupa penegasan dan penguatan, yaitu “حيلتك مكشوفة، تقول إنه يريد أن ينصبني ملكا وهو في الحقيقة يريد أن يأكلني لقد ضربني على رأسي حتى طارت أذناي (Tipu dayamu itu ketahuan, kamu berkata singa ingin menjadikanku raja tetapi sebenarnya dia ingin memakanku) dalam tuturan ini, keledai telah mengetahui tipu daya rubah yang ingin menjebaknya, dan pemikiran ini dikuatkan dengan adanya bukti bahwa si singa telah memotong telinganya. Selanjutnya dalam percakapan ini terdapat maksim relevansi yang dituturkan oleh keledai berupa kallimat permintaan maaf yaitu كلام معقول هيا بنا للأسد لأعتذر له عن فراري "” (ucapan yang masuk akal, mari kita pergi ke singa untuk meminta maaf atas kaburku) tuturan keledai tersebut bermaksud ingin meminta maaf kepada singa karena telah kabur dari hadapan singa.
- Percakapan terjadi antara singa dan rubah setelah keledai kabur untuk kedua kalinya, dan diteruskan dengan percakapan rubah dengan keledai
وعندما اقترب الحمار من الأسد ليعتذر له، ضربه الأسد فقطع ذيله، ففر الحمار مرة أخرى
قال الأسد (متدمرا) للثعلب : احضره لي فورا أنا جائع
ذهب الثعلب إلى الحمار
وقال له : أتعبتني، لماذا تفر دائما من أمام الأسد؟
قال الحمار : فقدت أذني وذيلي وأنت ما زلت تصر على أنه يريد أن ينصبني ملكا؟
قال الثعلب : وكيف تجلس على كرسي الملك وذيلك تحتك؟
قال الحمار : صدقت
Dan ketika keledai mendekati singa untuk minta maaf, singa menerkamnya hingga memotong ekornya, dan keledai kabur untuk kedua kalinya
singa berkata dengan amarahnya kepada rubah : cepat datangkan keledai
kepadaku sekarang juga, aku lapar
rubah pergi kepada keledai
dan berkata kepadanya : kamu telah membuatku lelah, kenapa kamu selalukabur dari singa?
Keledai berkata : saya telah kehilangan kedua telinga dan ekor
saya dan kamu masih ingin untukmenjadilanku
raja?
Rubah berkata : bagaimana kamu menduduki kursi raja jika
ekormu dibawahmu?
Keledai berkata : kamu benar.
Dari percakapan ini terdapat maksim cara. Maksim cara pada percakapan tersebut terdapat dalam dalam tuturan rubah yang menjelsakan kepada keledai cara agar bisa menduduki kursi singgasana yaitu dengan memotong ekornya si rubah disini juga melakukan penawaran kepada keledai, yaitu dengan menjelaskan bahwa dengan ekor keledai hilang, maka ia bisa duduk di kursi raja, sehingga keledai menerima jakan rubah untuk menghadap kepada singa. Dan pernyataan itu diterima oleh keledai.
وكيف تجلس على كرسي الملك وذيلك تحتك؟ (bagaimana kamu menduduki kursi raja jika ekormu dibawahmu?).
- Percakapan tejadi antara singa dengan rubah setelah kematian keledai
فأخذ الثعلب الحمار إلى الأسد مرة ثالثة وفي هذه المرة قام الأسد وافترس الحمار من رقبته فقضى عليه، وأمر الأسد الثعلب أن يسلخ الحمار، ويأتيه بالمخ والرئة والكبد والقلب، فذهب الثعلب ثم عاد للأسد ومعه الرئة والكبد والقلب فقط.
فقال الأسد : وأؤن مخ الحمار يا ثعلب؟
فقال الثعلب : لو كان له مخ ما عاد بعد قطع أذنيه وذيله
قال الأسد : صدقت يا ثعلب
Maka rubah membawa keledai ke hadapan singa untuk yang ketiga kalinya, dan kali ini sang singa berdiri dan menerkam keledai dengan buas hingga mati, dan singa memerintahkan rubah untuk menguliti keledai, dan agar membawa otak, paru paru, hati, dan jantung keledai kepada singa, maka rubah pergi dan kembali kepada singa dengan membawa paru paru, hati, dan jantung saja.
singa berkata : dan mana otak si keledai?
rubah menjawab : jika dia memiliki otak, dia tidak akan kembali setelah telinga dan ekornya terpotong
singa berkata : kamu memang benar rubah
Dalam percakapan tersebut terdapat maksim kuantitas yang berupa penguatan yaitu dalam tuturan rubah yanng menjelaskan tentang keledai yang tidak mempunyai otak yang dikuatkan dengan bodohnya keledai karena dia tetap kembali kepada singa walau telinga dan ekornya telah hilang. لو كان له مخ ما عاد بعد قطع أذنيه وذيله (jika dia memiliki otak, dia tidak akan kembali setelah telinga dan ekornya terpotong).
Simpulan
Dalam buku Kalilah wa Dimnah pada judul al-chimar wal asad karya Baidiba al-Hindiy dijelaskan bahwa percakapan tersebut meyoritas menggunakan maksim cara sebanyak tiga kali, selebihnya menggunakan maksim kualitas dan maksim relevan.
Daftar Pustaka
Al-Hindiy, Baidaba. 1992. Kalilah wa Dimnah. Mesir: Maktabah Sa’i.
Leech, Geoffy. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. (Terj). Jakarta: Universitas Indonesia.
Subana, M. 2001. Dasar-dasr Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia.
Wijana, Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: ANDI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar