Mohammad Yasir
Sastra Arab UNS
Leksikologi
Hubungan Antara Nahwu dan Kamus
Dari catatan-catatan umum dalam ilmu bahasa, terdapat catatan bahwa nahwu dan kamus adalah dua bagian penting dari pembentukan bahasa (233:368). Dan hubungan antara kamus dan nahwu mengalami perubahan besar dari teori kebahasaan satu ke yang lain. Seperti nahwu Chomsky, mencakup atas kamus. Dan Chomsky bependapat bahwa “nahwu tersusun secara dasar dari unsur mutlak dan kamus. Dan kamus tesusun dari kata-kata serapan yang teratur dari fitur yang khusus” (55:184-185). Adapun Bloomfield berpendapat bahwa pada dasarnya kamus tidak lain adalah lampiran untuk nahwu yang tersusun dari daftar dengan pengecualian dan keanehan dasar,(18:274) seperti isyarat sebelumnya kepada itu.
Meskipun bab antara kamus dan nahwu “itu sejalan dan baiknya pembelajaran bahasa dengan gmbaran yang berhasil atas jangkauan jauh” (233:368). Bab ini merupakan hal yang penting dalam sebagian praktek dan itu untuk disebutkan adanya perbedaan-perbedaan antara keduanya dari sisi teoritis (238:703). Dan dengan maksud ini, perlu adanya perhatian pada 3 pernyataan atau perkataan yang kurang tepat yang kebanyakan berbicara mengenai perbedaan antara nahwu dan kamus, yaitu:
- Kamus hanya memperhatikan kosa kata, sedangkan nahwu memperhatikan segala sesuatu yang lain. Dan Pernyataan ini tidak benar, karena baik nahwu maupun kamus sama-sama mempelajari kosa kata.Sumber dari kesalahan ini adalah tidak adanya penguasaan dari beberapa definisi nahwu misalnya definisi Fries yang berbunyi:
Makna kebahasaan yang utuh dari sebuah ungkapan lisan terdiri dari makna leksikal kosa kata yang mana disandingkan dengan makna struktural. Dan nahwu kebahasaan terdiri dari kaidah yang menyusun makna-makna struktural.
Dan pernyataan yang diungkapkan diatas tentang perbedaan antara nahwu dan kamus adalah pernyataan yang salah dikarenakan setiap dari nahwu maupun kamus dalam hakikatnya menangani tentang kosa kata (136:22)
- Kamus memperhatikan kosa kata kebahasaan, sedangkan nahwu memperhatikan hubungan-hubungan abstrak yang mana kosa kata terdapat di dalamnya.
Pernyataan ini juga tidak benar dan menjadi hasil yang buruk dalam memahami sebagian pengertian nahwu seperti pengertian Francis yang mengatakan:
Makna dari pembentukan secara tata bahasa adalah sistem morfem-morfem dan kosa kata dalam sebuah ungkapan yang memiliki makna.Karena itu, dimungkinkan definisi nahwu adalah bagian dari ilmu bahasa yang berkaitan dengan pengaturan kesatuan morfem-morfem dalam konstruksi yang lebih luas dari kosa kata dan memiliki makna jelas.
Pernyatan yang kedua ini tentang perbedaan antara nahwu dan kamus juga tidaklah benar, karena kamus dan nahwu sama-sama terkait dengan kosa kata bahasa dan hubungan-hubungan abstrak yang terdapat di dalamnya. (136:22)
- Dan pendapat ketiga yang tidak benar dan telah menyebar luas yaitu bahwa nahwu terhususkan dengan bentuk, sedangkan kamus terkhususkan dengan makna. Dan pendapat ini jauh dari benar karena terdapat percampuran yang besar, sesungguhnya, antara nahwu dan kamus.
Padahal, kaidah nahwu mencakup makna-makna struktural, imbuhan-imbuhan infleksional, serta morfem-morfem derivasional. Sedangkan kamus tidak hanya memberi kita arti kosa kata tetapi menambah maklumat maklumat berpola dari cara strukturnya. (113:90-91). Selain itu pola dan makna tidak bertentangan satu sama yang lain tetapi saling melengkapi. (136:23).
Dan dalam pengertian Blomfield, kepala sekolah struktural di Amerika, untuk kamus dengan judul “halaman nahwu”, dapat digambarkan perbedaan antara kamus dan nahwu atas dasar macam unsur anggotanya. Nahwu menjelaskan macam-macam dan kategori-kategori, dan memperhatikan hubungan yang terdapat diantaranya. Sedangkan kamus bertugas atas aturan aturan yang berhubungan dengan anggota yang mana memperhatikan macam-macam tersebut (113:94). Contohnya: pembagian kata pada nahwu menjadi tiga yaitu nomina, verba, dan partikel, kemudian pembagian setiap bagian kepada kategori kategori lain misal verba yang dibagi ke lazim dan muta’adi. Apabila kamus membagikan kosa kata kebahasaan atas bagian itu dan kategori maka dikatan bahwa kata (ضرب) itu adalah verba muta’adi , dan sebagainya.
Dan sekolah bahasa britania modern mendukung penuh atas tujuan ini. Jika ketuanya menetapkan perbedaan antara nahwu dan kamus dalam pola ini:
“nahwu membahas aturan tertutup untuk memilih antara kosa kata (هذا, ذلك, انا, انت, انت, انتما, انتم, هو, هي, هما, هم, هن, نحن) atau antara bagian (مفرد, جمع, ماض, حاضر, مستقبل) sedangkan kamus membahas aturan terbuka untuk memilih antara kosa kata saja. (كرسي, مقعد, دكة, اريكة, الخ). (136:23).
Dan pemimipin sekolah bahasa britania berpendapat bahwa ada kemungkinann untuk mengungkapan tentang pengetahuan pengetahuan yang tertutup dengan abstrak dan konkrit, jika tidak memungkinkan mengetahui maklumat yang terbuka untuk realisasi secara mudah. Dan hasilnya itu maka dapat dengan kaidah nahwu (yang dibahas oleh maklumat tertutup) agar menutup beberapa dari gejala gejala kebahasaan yang dapat ditutup oleh kaidah umum (yang dibahas oleh maklumat tertutup) (136:23). Dan jika kita pilih penjelasan ini dalam ungkapan, maka kita dapat melihat kedekatan antara posisi mereka dan posisi Blomfield yang disediakan kamus dengan ketentuan “daftar dengan pengecualian dasar”. Dan bagi leksikolog dapat menjadikan teori ini sebagai bukti yang benar untuk memberi solusi atas masalah nahwu dalam kamus mereka.
Dan kami mengkhususkan bagian ini untuk mendiskusikan sebagian masalah nahwu yang penting. Dan untuk kemudahan maksud, kami akan membagi bagian ini menjadi dua bagian utama yaitu: (310) fonologi dan (320) morfologi dan sintaksis.
320. Sharf dan Nahwu Dalam Kamus Bilateral Bahasa
321. Sedikitnya Informasi Sharf dan Nahwu Dalam Kamus Klasik
Biasanya kamus-kamus berisi tentang informasi sharf dan nahwu yang kurang lengkap. Sehingga setelah 60 tahun kemudian Steger menulis pada jurnal Doctornya lalu meletakkannya pada kamus Amerika “bahwa tugas dari kamus modern yaitu dari sisi dasar ada lima: setiap kata diberi huruf yang benar, potongannya, cara bacanya, pembentukannya, dan pengertiannya”. (326:1). Dan telah dijelaskan dari perkataan ini, kamus kamus tidak terdiri kecuali atas informasi imformasi sharf dan nahwu yang sedikit. Dan lebih parahnya, Kamus-kamus pada masa sekarang tidak berbeda dengan kamus-kamus yang dibuat oleh Steger yakni tidak membahas banyak dan tidak memperhatikan lebih tentang nahwu, dan kebanyakan kamus melalaikan untuk menjelaskan bagian atau bab dalam pembukanya untuk nahwu dan sharf dalam bahsa asing (349:473) meskipun peniruan kamus harus tersusun dalam sifatnya yang asli, agar membahas dengan rinci dalam nahwu dan sharf dan sejarahnya. (314:12).
Dan kamus yang bagus biasanya mencatat jenis kata dari sisi mudzakar dan muannas dalam hal kebahasaan. Seperti pencatatan pada jama’ taksir, dan perubahan verba yang asing, dan kamus juga menjelaskan atas bagian perkataan seakan berkata bahwa kata adalah nomina verba dan partikel, tetapi informasinya dalam tujuan ini tidak lengkap dan kebanyakan tidak mendalam (21:290).
Dan dari sisi nahwu, kamus yang ada tidak menambah wawasan pembaca tentang kosakata yang berkaitan pada kalimat dan susunan dan ungkapan. Berikut beberapa contoh kosa kata yang berasal dari Spanyol dan Inggris.
“Selain sebagian contoh klasik yang diungkapkan leksikolog dalam pemakaiannya seperti: Sombrero Nuevo, bahwa murid inggris yang belajar bahsa spanyol tidak mngerti kecuali sedikit dari informasi dalam bab perkamusan belateral ini. Dan sebagian perempuan terkadang memilih informasi informasi yang berhubungan dengan pembukaan ungkapan seperti sinque antes (de) que yang mematuhi rumus kondisional, tetapi tidak mudah agar untuk belajar tentang struktur dasar yang membolehkan untuk memilih bebas atau yang meminta fase kaidah tertentu, seperti perkara pada mientras (que), hasta que, despues que”. (223:372).
Contoh-contoh tersebut sebenarnya yang berada disekitar kita yakni informasi sharf dan nahwu pada kamus-kamus sekarang yakni pengurangan dan peniadaan ketebalan (diqqah), dan sesungguhnya kamus-kamus tersebut – seperti observasi Kalisan- yang telah gagal menampilkan pengklasifikasikan bahasa yang integral dan baik untuk kosa kata-kosa kata bahasa (103 :113). Tetapi para pembuat kamus meengklaim bahwa mereka bukanlah tempat meletakkna nahwu yang tepat maka dari itu mereka tidak menjadikan kamus yang berisi tentang pengklasifuikasian bahsa dan kosa kata yang lengkap seperti yang diharapkan. Kemudian muncullah lisan/perkataan dari seorang pembuat kamus bahwa sintaksis/nahwu atau kamus yang lengkap satu bahasa yang hidup bukan berasal dari hal-hal yang dapat dilakukan : sesungguhnya kita mengira diri kita ditutut tidak mungkin memeriksanya dengan tabiatnya) (340:592)
Bagaimanapun, ilmu bahasa modern - sebagaimana yang akan kita lihat pada bab (322 dan 323) - merekomendasikan sejumlah gaya bahasa yang memungkinkan pengikutinya dan yang dari urusannya menambah pengetahuan-pengetahuan morfologi/sharf, sintaksis/nahwu dalam kamus dan perbaikannya.
Sebelum melakukan penggolongan salah satu kamus harus memeriksa wujud pelajaran-pelajaran sintaksis yang utuh dari bahasa yang dipelajarinya. Seyogyanya leksikal terbentuk dengan baik dan sempurna dari morfologi dan sintaksis bahasa itu. Leksikal dan pelengkapnya harus (mempertimbangkan sintaksis/nahwu secara sempurna untuk bahasa mereka seperti langkah pokok yang penting untuk penggolongan kamus mereka) sebagaimana perkataan Householder. Kamus dua bahasa memerlukan analisis sintaksis komparatif bahasa teks dan penjelasan, dalam cahaya tujuan kamus, pemilihan kekhususan morfologi dan nahwu telah selesai yang bervariasi di dalamnya dua bahasa agar memperlakukan dengan bentuk khusus menekankan padanya atau menunjukkan selainnya dari kekhususannya (223:372)
Apabila politik pilihan macam-macam tertentu dari pengetahuan-pengetahuan sintaksis dan membatasinya politik yang disepakati dalam pembutan konsep kamus dua bahasa khusus untuk memahami, itu bukan yang pantas dalam kamus dua bahasa khusus untuk mengungkapkan dan tidak mencukupi dengan tujuan-tujuannya, sebab kamus ini harus mengandung pengetahuan-pengetahuan sintaksis yang lazim keseluruhan secara keseluruhan. Adapun hal tersebut dikarenakan dua sebab:
- Untuk memperkuat pelajar yang mempelajari bahasa asiing dari stuktur kalimat yang baik di dalamnya.
- Untuk menyediakan pelajar ini dengan banyak pengetahuan-pengetahuan yang dibutuhkan untuk mengungkapkannya dengan bahasa asing tanpa kita mengacunya pada buku sintaksis. Sebagaimana yang diamati oleh Michel:
(Sesunggungnya mayoritas pelajar bahasa, yang tidak bergabung secara alami dengan para ahli bahasa yang profesional semangat mereka atau dedikasi mereka untuk penelitian, mereka terganggu dengan kemudahan apabila tidak mengharuskan memotong pembacaan mereka dan kembali ke buku nahwu, karena keilmiahan ini menghabiskan waktu mereka. Harapan pembaca yang bijaksana yaitu berlangsung - dalam pandangan sekilas – banyak pendukung-pendukung khusus dengan sintaksis, kosakata tercakup dalam satu kemasan) (223:271)
Mayoritas ahli bahasa memandang dari urgensi mengandung kesimpulan yang lengkap untuk sintaksis bahasa asing pada bagian pengantar kamus. Kesimpulan ini harus menjelaskan kesimpulan morfologi dan sintaksis bahasa, memuat contoh dengan tujuan mayoritas kaidah derivasi dan pembentukan kata. Untuk setiap bahasa dan sarana-sarana khususnya dalam derivasi kata dan pembentukkannya dari morfem-morfem. Dari sarana itu derivasi umum –afiksasi (yaitu suatu kata menerima kata dari kata lain dengan penambahan beberapa huruf kepadanya dengan kemiripan kata imbuhan dengan kata imbuhan darinya dalam makna, keduanya memiliki kesesuaian dalam huruf-huruf aslinya dan dalam susunannya), penggabungan (yaitu suatu kata menerima dari dua kata atau lebih), perubahan fonetik (yaitu meletakkan suatu huruf ke tempat huruf lain dengan menjaga ketetapan huruf kata itu), perubahan nol (yaitu memindahkan kata dari satu bagian kalimat ke bagian lainnya tanpa berubah dalam huruf-hurufnya seperrti menggunakan ism fi’il), reduplikasi (yaitu suatu kata menerima dari kata dan itu dengan pengulangan parsial atau keseluruhan untuk satu atau banyak dari unsur-unsurnya). Salah satu sarana ini menemukan derivasi umum penggunan dalam beberapa bahasa, akan tetapi itu tidak dikenal dan tidak digunakan di beberapa bahasa lain. Oleh karena itu, hal ini harus menjelaskan sarana yang membangun dengannya bahasa asing bentuk-bentuknya dalam pengantar kamus dua bahasa untuk mengkontrasksikebutuhan kepengulangan pengetahuan-pengetahuan morfologi dalam bentuk kasarnya. Misalnya, apabila sintaksis dalam pengantar kamus memuat bagian yang menjelaskan metode pembentukan beberapa ism dan penambahan ness contoh kindness, goodness, dengan kemampuan pembaca, mengetahui ism-ism yang mungkin diderivasi dengan metode ini dengan mujarrad yang mengingatkan dengan simbol kecil tanpa kita membutuhkan spesifikasi pengantar yang sempurna untuk setiap dari ism-ism itu, dengan kita merealisasikan secara ekonomis dalam cakupan kamus dan biayanya. Harus menguraikan sintaksis dalam pembukaan kamus kosakata ke tingkatan yang beda danpendistribusi ini dalam asas bentuknya (contoh wazan-wazan atau bentuk-bentuk dalam bahasa Aarb, dan kekhususan-kekhususan morfologi dalam beberapa bahasa Eropa), menjelaskan perilaku kosakata-kosakata nahwu (kedudukan sebagian kata-kata dalam suatu kalimat)(118:226). Menjadi suatu keharusan bahwa nahwu dimaksudkan pada permulaan kamus dengan semua hubungan-hubungan di antara kategori-kategori kata-kata. Penjelasan tentang kategori-kategori yang bercabang dan pembagian-pembagiannya yang menyeluruh. Dan diatur semua pengetahuan tentang Nahwu secara teratur dan baik ((di mana dapat memudahkan dalam penggunaan kamus, dan meliputi pengetahuan yang sempurna sabagi bentuk rumus-rumus yang digunakan di dalamnya)) (102:113)
Kesulitan yang ada dalam kamus dipermudah dengan menggunakan daftar isi, oleh karena itu di dalamnya ditunjukkan tanda suatu kalimat-kalimat, dengan maksud bahwa setiap lafadz suatu kata/ mufrodat dinisbahkan dengan jelas kepada kategori-kategori shorof dan nahwu yang berkaitan dengannya. Atau seperti halnya yang dikatakan oleh Kilain:
Bahwa kamus seharunya diajukan secara jelas jenis/kategori nahwu disetiap kata yang berkaitan dengannya, dan tidak hanya cukup dengan mengkhususkannya dalam kamus salah satu dari keduanya dalam bahasa. Jenis yang dimiliki oleh suatu kata adalaha ism atau fi’il saja. Kecuali jika pada kata tersebut telah dikelompokkan dan memiliki salah satu bagian dari pembagian jenis kata, oleh karena itu dalam kamus diperlukan adanya daftar isi tentang kadah nahwu (102:113).
Kamus seharusnya menunjukkannya sebagai bentuk pembaharuan nahwu dan perubahannya. Wujud penggambaran dari dua bentuk dan dua lafadznya merupakan suatu bentuk saru perubahan yang berada pada satu kategori dalam nahwu, akan tetapi pengguaan keduanya tidak secara berurutan. Di sini harus terdapat penjelasan oleh kamus terhadap perbedaan keduanya, maksudnya dijelaskan kapan setiap lafadz itu digunakan, dan memberikan contohnya: jika pembahasan tentang seorang pelajar Amerika yang belajar bahasa Prancis, bahwa makna dari dua kata (an) dan (année) yaitu di dalam kamus Perancis- Inggris, untuk mendapatkan bahwa kedua kata tersebut memiliki makna penyakit yaitu (Year) dengan satu perbedaan bahwa lafadz yang pertama adalah bentuk (Mudzakkar) dan yang kedua bentuknya (Muannats). Maka dari itu pelajar ini seharunya mampu menggunakan kedua kata tersebut dengan relatif atau dengan bentuk/gambaran yang sama. Oleh karena itu, kamus dapat dijadikan panduan oleh seorang pelajar dan pedoman atas terhadap adanya kesalahan yang jelas. Meskipun orang yang menuliskannya bahwa nahwu dikategorikan berdasarkan adanya dua kata. Dimaknai (an) dan (année), itu merupakan dua kata dan sebnarnya kamus yang baik itu harus menyempurnakan kaidah-kaidah nahwunya dan meninjau kembali dengan menunujukkan pada perbedaan ketika menggunakan kata-kata. Dan dijelaskan, seperti, pada (an) dipakai dengan jumlah-jumlah aslinya seperti trois ans (dengan pengecualian: tous les ans) dan ketika menggunakan (année) dengan menggunakan jumlah-jumlah yang teratur seperti (troisiéane année) kuantitas atau masa/waktu yang tidak tertentu. Dan persamaannya ini harusnya terlihat secara kesluruhan dengan disaksikan dan contoh-contoh yang jelas.
323- Pengaruh Nahwu dalam Kamus
Memungkinkan maksud dari pengetahuan-pengetahuan tentang Nahwu sejak mulainya kegiatan dalam pengkategorian kamus, dan yang dimaksudkan dengan hal itu adalah masalah tentang pemilihan yang ada di dalamnya. Maka orang yang secara jelas menirunya, menuliskan di dalam kamus dasar dari kata-kata pertama yang mengungkapkanmenjelaskan istilah-istilah keduanya. Akan tetapi jika kita ingin bahwa pengertian Blomfield yaitu kamus dengan penjelasan (tegak dengan pengecualian kepala) kata المورفيمة bukanlah sebuah kata, itu adalah salah satu pengambilannya sebagai dasar pemilihannya dalam sebuah kamus, karena ((setiap kata المورفيمة di dalam bahasa)), - seperti yang dikatakan oleh Blomfield- ((itu adalah pengecualian, selama orang yang berbicara tidak mampu dalam menggunakannya kecuali setelah ia mendengarnya, dan orang yang membaca sifat bahasa tidak dapat suatu ilmu pada wujudnya (maksudnya المورفيمة) kecuali jika ia digabungkan)) (274:18). Dan artian dari perkataan ini terhadap pengaplikasian pengumpulan yaitu bahwa pokok utama dalam kamus haru dikhususkan untuk المورفيمات atau bentuk-bentuk المورفيمة seperti:
- المثصلةالمورفيمات Bround morphemes, contoh (-أل), (-أن), (-ين) dan dalam bahasa Inggris kita tahu (dis-), (-ly), dsb
- المنفصلةالمورفيمات Free morphemes dan kata-kata, contoh (رجل), (وطنية), dan dalam bahasa Inggris (Boy), (Happiness), dsb
- الكلمات المركبة والتعابير الإصطلاحية, contoh ( الصوريالمسجل), (رغب عن), dan dalam bahasa Inggris contoh (Carbon Paper), (Jack-in-the-pulpit), (Used to), dsb (113-114:226) dan (42-65:30).
Dan pendapat-pendapat saling menjelaskan di seputar kebutuhan pengulangan gabungan ungkapan kedua istilah yang pertama sseperti (to make sure) di bawah setiap unsur dari unsur-unsur nya yang ada, atau cukupnya dengan memasukkan sekali lasgi dalam kamus. Dan satu alasan dari kebutuhan yang dipakai sesuai dengan perputarannya terhadap suatu yang lazim yang dimasukkan di bawah pusat kata “sure” atau berada pada unsur yang pertama “make” (367:223). Dan kumpulan-kumpulan yang banyak itu merupakan kebutuhan dalam menjelaskannya secara istilah yang berada pada satu unsurdari unsur-unsurnya tersebut dengan bentuk yang sama dan teratur, maka terkadang masuk kedalam kata pertama, dan terkadang masuk kedalam kata kedua. Maka demikianlah, seperti kita menemukan pada kalimat misalnya : ‘by and large’ berada dibawah kata ‘by’, sedangkan (at large) berada di ‘large’, akan tetapi ‘at most’ dan ‘at least’ keduanya masuk pada ‘at’, dan ketika ‘on the cheap’ mengikuti ‘on’ kita menemukan ‘on the contrary’ dibawah ‘contrary’ dan lain sebagainya (121:2)
Untuk mengatasi uslub yang membingungkan ini, maka seyogyanya mengetahui bentuk-bentuk idiom pada setiap unsur-unsur yang terbentuk di dalamnya (279:171), dan menggunakan referensi yang menungkapkan mengenai pentingnya hal itu. Kemudian bentuk-bentuk kata-kata syaadah yang memiliki lebih dari satu bentuk tulisan atau lebih dari satu bentuk pengucapan seperti jamak taktsir (geese), kata kerja masa lampau (sang), dan kata (caddice), maka harus mengklasifikasikannya bersama dengan kata-kata yang bersambung dengan merujuk kepada kata-kata asli (goose), (sing), dan (caddis), ((hingga mereka mampu mencari tahu tentang unsur-unsur tersebut dan menemukannya pada setiap kata-kata, sehingga usaha keras mereka tidak sia-sia)) sebagaimana yang dikatakan oleh Doctor Jonasan.
Dari konvensi-konvensi tata bahasa lainnya yang berkaitan dengan pemilihan unsur unsur kata adalah berkaitan dengan pertanyaan berikut: kapan kita dapat mengulangi dua lafadz yang memiliki dua unsur yang mirip, dan kapan kita mengulanginya ketika kalimat tersebut hanya memiliki dua unsur kata? Kamus-kamus telah mengumpulkan dalam satu unsur kata yang memiliki kata-kata yang satu jenis atau kata-kata yang memiliki persamaan lafadz ( yaitu merupakan kosa-kata yang memiliki persamaan dalam lafadz dan pengucapannya akan tetapi berbeda dalam maknanya ) seperti ‘bay’( kata sifat yang berrati warna usang), ‘bay’ (kata benda yang berarti teluk), ‘bay’ ( kata benda yang berarti pohon khayalan), dan ‘bay’ (kata kerja yang berrarti menggonggong). Akan tetapi para ahli linguistik ragu dalam membenarkan cara ini, dan mereka lebih membenarkan untuk mengklasifikasikan unsur-unsur kata yang sama lafadznya Homonyms dan kata-kata yang mirip Homographs (yaitu kata yang sama pengucapannya dan berbeda lafadz beserta maknanya) seperti kata ‘are’ ( untuk bentuk jama’) dengan kata ‘are’ (ukuran 100 meter). Seorang guru besar mengukur apakah permulaan dasar yang wajib seperti dalam keadaan-keadaan ini dengan bentuk seperti berikut :
(( …perbedaaan-perbedaan akan terulang dalam dalam suara yang penting jika kata-kata memiliki perbedaan, dan perbedaan-perbedaan dalam kata-kata yang penting jika perbedaan tersebut terdapat dalam makna yang indah”)) (249:150)
Beberapa masalah yang banyak ditemukan dalam sintaksis adalah penggolongan sifat-sifat yang terdapat pada suatu kata dalam penggunan yang berbeda dan pada ungkapan-ungkapan yang lain, seperti pada kata “love” terkadang menempati kedudukan sebagai kata benda, terkadang berkedudukan sebagai kata kerja dan terkadang menempati kedudukan yang lain.Maka, apakah kemudian kita dapat mengelompokkannya (love) menempati dua kedudukan diatas, dalam satu tempat sebagaimana yang terdapat pada kamus “Larus Inkaliziy” dan orang Perancis pada kamusnya Random House Dictionary, atau membedakannya seperti yang terdapat pada Webster’s Third International Dictionary. Adapun kutipan penjelasannya sebagai berikut :
(Bahwasanya buku ini memuat tentang istilah istilah penentuan dan penetapan dari aspek kebahasaan dan dari aspek etimologi sejarah, dan komentar-komentar pengantar tentang kamus yang diperlukan akan tetapi tidak mencakup pada suatu pembenaran yang mutlak tentang gaya bahasa ini (pembedaan jenis pengistilahan kata).
Metode yang kedua yaitu pengelempokan jenis perkataan yang terdapat dalam satu kata dan pada ungkapan-ungkapan yang berbeda. Hal ini mendapatkan penolakan dari seorang ahli bahasaFain Rais melihat bahwa metode dan gaya ini tidak selaras dengan apa yang diperlukan oleh bahasa Inggris dan akan memunculkan pengulangan tentang pengertian kata. Hal ini sangat tidak baik untuk kepentingan ekonomi dalam pembuatan kamus. Akan tetapi, setiap dari dua metode ini memberi pengaruh kepada Fain Rais dalam penyusunan kamus al-Inklaziyah al-Ahadiyahdan pengaruh terhadap kita dengan dasar prinsip subjektif atas dasar teori kebahasaan, setuju dengan praktek yang terdapat pada setiap kamus al-Ahadiyah wa Tsinaiyah Lughah serta menarik sebuah hukum(kaidah) yang terdapat pada sebagian besar bahasa. Seperti perkataan Dr.Hal mengemukakan sebuah prinsip yang relevan kepada kita.
Pengelompokan kata-kata ketika menjadi kata kerja telah dibahas didalam kaidah nahwu (sintaksis) yang menentukan peran-peran setiap kata pada kedudukan-kedudukan tertentu di dalam sifat pembentukan bahasa terhadap pembelajaran dan berdampak pada pemahaman penting dalam penyusunan bahasa asing bagi orang-orang yang menggunakan kamus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar