Kamis, 04 Agustus 2016

Ilmu Dilalah (ushuluhu wa mabahitsuhu fi at-turats al-‘arabiy)

Mohammad Yasir
Sastra Arab UNS
Semantik
         خلاصة علم الدلالة            
أصوله ومباحثه في التراث العربي
Buku        :    Ilmu Dilalah (ushuluhu wa mabahitsuhu fi at-turats al-‘arabiy)
Penulis        :    Manqur Abdul Jalil
Penerbit    :    Mansyurat ittihad kuttab al-‘arabiy Damaskus 2001
Pengertian Ilmu Dilalah (Semantik)
Ilmu dilalah termasuk dalam ilmu bahasa yang mempelajari tentang makna.
Dan para linguis berpendapat bahwa dilalah adalah kata umum yang menghubungkan simbol-simbol kebahsaan dan simbol-simbol diluar kebahasaan
Dan arti yaitu kata bahasa yang tidak bisa dijelaskan kecuali dengan kaidah kebahasaan.

  1. Bahasa
Dalam pembahasan ilmu dilalah, terdapat juga pembahasan bahasa, dan disini terdapat banyak perbedaan pendapat antar ulama. Yang pertama berpendapat bahwa bahasa adalah aturan dari simbol-simbol dan isyarat-isyarat, yang lainnya berpendapat bahwa bahasa adalah kumpulan suara yang menunjukkan sesuatu atau alat untuk berfikir.
  1. Daal wa madluul
Saussure telah berpendapat bahwa daal adalah hasil dari suara atau gambaran akustik, sedangkan madluul adalah isi pikiran. Dan semantik itu yang berperan sebagai pengatur dasar hubungan antara daal dan madluul. Dan Sausire menerangkan bahwa tanda ucap untuk memberi kan contoh ada tiga, yaitu:
  1. Tanda ucap harus menunjukkan arti
  2. Tanda harus dipakai dalam masyarakat dan dipahami
  3. Tanda harus merujuk kepada aturan dari tanda tanda kebahasaan
signe   
(الدليل)
signifie (المدلول)
      Referent (المرجع)
           
Referensi adalah perkara luar yang membantu kita menerangkan tanda ucap.

   
  1. Pembagian Dilalah
Para linguis membedakan makna-makna menjadi beberapa bagian, yaitu:
  1. Makna dasar atau makna visual adalah makna yang yang diberikan satuan leksikal
  2. Makna tambahan adalah makna tambahan atas makna dasar yang diketahui dari konteks kalimat
  3. Makna kiasan adalah yang menjelaskan nilai ungkapan yang mengkhususkan budaya atau masyarakat
  4. Makna individu adalah yang digunakan untuk diri sendiri
  5. Makna sugesti adalah bagian dari makna yang berhubungan dengan yang mempunyai peran atas sugesti tersebut
Pembagian dilalah pada zaman modern menjadi enam golongan seperti dibawah ini:


Bagian yang pertama yaitu dilalah lafdziyah yang terdiri dari tiga rukun, yaitu: kata, makna, dan tambahan untuk keduanya adalah posisi atau menjadikan kata tersebut bermakna.
    Dilalah wad’iyah (posisional) adalah yang mengenai istilah-istilah yang manusia menggunakannya untuk menunjukkan sesuatu.
    Dilalah ‘aqliyah dsiebut  juga dilalah manthiqiyah (logika) adalah yang menjadikan akal sebagai peran penting untuk mengetahui keterkaitan yang menghubungkan daal dengan madluul.




  1. Perkembangan Dilalah
Banyak ulama semantik yang membahas tentang perkembangan dilalah, dari awal abad 19, dan mencoba untuk meneliti tentang sebab perubahan dilalah dan bentuk serta gambarannya.
Dan perubahan-perubahan ini tidak terwujud jika tidak adanya tiga faktor ini:
  1. Faktor sosial budaya
Pada faktor ini dilalah berganti dari secara indera kepada abstrak, dan hasil dari perkembangan akal manusia yaitu dituangkan secara abstrak dalam faktor ini, maka perkembangan bahasa pada manusia menjadi titik awal perubahan tersebut dan juga pengetahuan awal dalam permualaan ilmu diluar indera, dan dengan perkembangan akal manusia dilalah indera tersebut berubah menjadi dilalah abstrak.
  1. Faktor Individu
Dan bahasa yang baik terkadang menjadikan masyarakat suka dalam pemakaiannya daripada bahasa yang kurang baik. Dan bahasa juga dapat menjadikan masyarakat menjadi patuh dengan budaya yang dianutnya dengan perantara bahasa yangbaik yang beredar dalam masyarakat dan membuat indera mereka bekerja secara tarbawi, dan terkadang pula masyarakat bahasa meamksa untuk merubah kalimat-kaliat yang kurang baik untuk diucapkan dan didengar dengan kalimat yang baik untuk diucapkan dan kalimat inilah yang disebut dengan kata-kata lembut, dan pemakaian kata lembut ini yang mengacu pada perubahan makna dalam ucapan.
  1. Faktor Bahasa
Terkadang terjadi kekurangan dalam makna leksikal yang mana tidak ada kata yang mengungkapkan tentang dilalah yang baru, maka para linguis mencari solusi untuk itu dengan cara pengambilan kata dari kata asal (isytiqaq), dan juga terkadang para linguis menjadikan arti majazi sebagai pengganti arti makna yang lain.

  1. Makna Hakiki dan Makna Majazi
Dalam pembahasan ilmu dilalah juga terdapat makna hakiki dan makna majazi, yang dimaksud makna hakiki yaitu makna asli yang terkandung dari suatu kata tertentu, apabila majazi adalah makna yang terkandung dalam suatu kata dengan cara khayalan atau gambaran (tidak dapat dipahami artinya secara langsung).
Hubungan antara dilalah hakiki dan dilalah majazi seperti halnya hubungan yang terdapat pada daal dan madluul, maka pembahasan yang terdapat pada dilalah majazi yaitu makna dari sebuah arti, jadi jika madluul pertama (dialalah hakiki) itu mengantarkan kita kepada madluul kedua (dilalah majazi)

  1. Relasi Makna dalam Bahasa Arab

Adapun relasi makna terbagi menjadi 3, yaitu:

  1. Sinonim
Sinonim adalah beberapa kata yang menunjukkan pada satu benda dengan maksud yang sama. Artinya, beberapa kata memiliki makna yang hampir sama
Contoh: رأي  dan نظر  yang artinya melihat

  1. Homonim
Homonim adalah satu kata yang menunjukkan pada dua makna yang berbeda.
Contoh:   رأي yang artinya melihat, dan   رأي  yang artinya berpendapat.

  1. Antonim
Antonim atau kata lawan adalah suatu kata yang memiliki kata lain yang bertentangan makna dengannya. Lawan katanya itu berkebalikan maknanya, Contoh: besar dan kecil. كبير  dan   صغير

  1. Teori Dilalah Modern

  1. Teori Indikasi:
Teori pemaknaan yang menjadikan tanda sebagai dasar mengemukakan unsur-unsur makna yang berkaitan.

  1. Teori Visualisasi:
Teori pemaknaan yang terfokus pada visualisasi makna kata di dalam pikiran.

  1. Teori Behavioristik:
Teori pemaknaan yang berorientasi pada pengamatan dan kenampakan bahasa secara terang-terangan, bukan di dalam pikiran. mengungkapkan peregangan kognitif pikiran yang disampaikan dan didasari oleh filsafat terhadap kata.

  1. Teori Pragmatis
Teori ini hampir berdekatan dengan teori logika makna yang mana bersandarkan atas pengamatan

  1. Teori Konstekstual:
Teori pemaknaan yang berfokus pada konteks kalimat yang digunakan, yang bisa menghasilkan makna kata yang berbeda dari berbagai konteks.

  1. Teori Analisis:
Teori pemaknaan yang berfokus pada analisa komposisi dan unsur-unsur kalimat.

  1. Teori Generatif:
Teori yang bertujuan untuk mengetahui tentang tentang arti yang tersembunyi dalam ungkapan.

  1. Teori Posisional dan Logika pada Makna:
Teori yang visualisasi makna kata atau kalimatnya harus berdasarkan atas pandangan yang berbeda-beda walaupun semua pandangan tersebut
indera secara langsung.

  1. Teori Moore-Quine: Teori visualisasi makna dengan prosedur analisa yang benar, salah satunya dengan mendatangkan sinonim kata tersebut.
semoga bermanfaat  :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar