Minggu, 07 Agustus 2016

ARTIKEL TENTANG PRINSIP-PRINSIP KESANTUNAN DALAM PRAGMATIK MENURUT LEECH, BROWN DAN LEVINSON, DAN LAKOFF

MOHAMMAD YASIR
Sastra Arab UNS

PRINSIP-PRINSIP KESANTUNAN DALAM PRAGMATIK MENURUT LEECH, BROWN DAN LEVINSON, DAN LAKOFF

  1. PRINSIP KESANTUNAN MENURUT LEECH (1983)
Prinsip kesantunan Leech didasarkan pada kaidah-kaidah. Kaidah-kaidah itu adalah bidal-bidal atau pepatah yang berisi nasehat yang harus dipatuhi agar tuturan penutur memenuhi prinsip kesantunan. Prinsip kesantunan Leech itu juga didasarkan pada nosi-nosi: biaya (cost) dan keuntungan (benefit), celaan atau penjelekan (dispraise) dan pujian (praise), kesetujuan (agreement), serta kesimpatian dan keantipatian (sympathy/antipathy). Berikut ini adalah bidal-bidal dalam prinsip kesantunan Leech:
1)      Bidal Ketimbangrasaan (tact maxim)
a.       Minimalkan biaya kepada pihak lain!
b.      Maksimalkan keuntungan pada pihak lain!
Hal itu bisa dilihat dari  jumlah kata atau ekspresi yang kita tuturkan jumlahnya lebih besar dari tuturan mitra tutur yang berarti meminimalkan biaya kepada mitra tutur  dan memberika keuntungan yang sebesar-besarnya kepada mitra tutur.
·         A         : Mari saya masukkan surat anda ke kotak pos.
·         B         : Jangan, tidak usah! (santun)
·         A         : Mari saya masukkan surat anda ke kotak pos.
·         B         : Ni, itu baru namanya teman. (kurang santun)
2)      Bidal Kemurahhatian (generosity maxim)
a.       Minimalkan keuntungan kepada diri sendiri!
b.      Maksimalkan keuntungan pada pihak lain!
Nasehat yang dikemukakan dalam bidal ini adalah bahwa pihak lain di dalam tuturan hendaknya diupayakan mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya sementara itu diri sendiri atau penutur hendaknya berupaya mendapatkan keuntungan sekrcil-kecilnya.
·         A         : Pukulanmu sangat keras.
·         B         : Saya kira biasa saja, Pak. (santun)
·         A         : Pukulanmu sangat keras.
·         B         : Siapa dulu? (tidak santun)
3)      Bidal Keperkenaan (approbation maxim)
a.       Minimalkan penjelekan kepada pihak lain!
b.      Maksimalkan pujian pada pihak lain!

Bidal keperkenaan adalah petunjuk untuk meminimalkan penjelekan terhadap pihak lain, dan memaksimalkan pujian kepada pihak lain. Contohnya di bawah ini:
·         A         : Mari Pak, seadanya.
·         B         : Terlalu banyak, sampai-sampai saya susah memilihnya.(santun)
·         A         : Mari Pak, seadanya.
·         B         : Ya, segini saja nanti kan habis semua. (tidak santun)
4)      Bidal Kerendahhatian (modesty maxim)
a.       Minimalkan pujian kepada diri sendiri!
b.      Maksimalkan penjelekan kepeda diri sendiri!
Nasehat dari bidal ini adalah bahwa penutur hendaknya meminimalkan pujian kepada diri sendiri, dan juga memaksimalkan penjelekan kepada mitra tuturnya.
·         Saya ini anak kemarin, Pak. (santun)
·         Maaf, saya ini orang kampung. (santun)
·         Saya ini sudah makan garam. (tidak santun)
·         Hanya saya yang bisa seperti ini. (tidak santun)
5)      Bidal Kesetujuan (agreement maxim)
a.       Minimalkan ketidaksetujuan antara diri sendiri dengan orang lain!
b.      Maksimalkan kesutujuan antara diri sendiri dengan pihak lain!
Bidal kesetujuan adalah bidal yang memberikan nasehat untuk meminimalkan ketidaksetujuan antara diri sendiri dengan orang lain dan memaksimalkan kesutujuan antara diri sendiri dengan pihak lain.
·         A         : Bagaimana kalau lemari ini kita pindah?
·         B         : Boleh. (santun)
·         A         : Bagaimana kalau lemari ini kita pindah?
·         B         : Saya tidak setuju. (tidak santun)
6)      Bidal Kesimpatian (sympathy maxim)
a.       Minimalkan antipati antara diri sendiri dengan orang lain!
b.      Maksimalkan simpati antara diri sendiri dengan pihak lain!
Bidal ini berarti bahwa penutur hendaknya meminimalkan ketidaksetujuan antara diri sendiri dengan orang lain dan memaksimalkan kesutujuan antara diri sendiri dengan pihak lain.


  1. PRINSIP KESANTUNAN MENURUT BROWN DAN LEVINSON (1978)

Prinsip kesantunan Brown dan Levinson ini berkisar pada nosi muka, yaitu muka positif dan muka negatif. Muka positif adalah muka yang mengacu pada citra diri orang yang berkeinginan agar apa yang dilakukannya, apa yang dimilikinya, atau apa yang merupakan nilai-nilai yang diyakininya, diakui orang sebagai suatu hal yang baik, menyenangkan, patut dihargai, dst. Seperti contoh di bawah ini:
·         Saya salut atas keteknan belajarmu. (santun)
Sedangkan muka negatif adalah muka yang mengacu pada citra diri orang yang berkeinginan agar ia dihargai dengan jalan panutur membiarkannya bebas melakukan tindakannnya atau membiarkannya bebas dari keharusan mengerjakan sesuatu.
·         Jangan merokok di situ! (kurang santun)
Selain hal di atas Brown dan Levinson juga merumuskan prinsip kesantunannya ke dalam lima strategi. Kelima strategi tersebut adalah:
1)      Melakukan tindak tutur secara apa adanya, tanpa basa-basi, dengan mematuhi prinsip kerjasama Grice.
2)      Melakukan tindak tutur dengan menggunakan kesantunan posotif;
3)      Melakukan tindak tutur dengan menggunakan kesantunan negatif;
4)      Melakukan tindak tutur secara off records; dan
5)      Tidak melakukan tindak tutur atau diamm saja.
Pemilihan strategi itu tergantung kepada besar kecilnya ancaman terhadap muka. Makin kecil ancaman terhadap muka, makin kecil nomor pilihan strateginya dan makin besar ancaman terhadap muka, makn besar  pula nomor pilihan strategi bertuturnya.


  1. PRINSIP KESANTUNAN MENURUT LAKOFF (1972)
Prinsip kesantunan Lakoff berisi 3 kaidah yang harus ditaati agar tuturan itu dianggap santun. Ketiganya antara lain yaitu:
a.      Kaidah Formalitas
Kaidah ini berarti ‘jangan memaksa atau jangan angkuh’. Yang artinya bahwa sebuah tuturan yang memaksa dan angkuh dianggap kuarng santun, dan begitu juga sebaliknya, jika sebuah tuturan dirasa tidak angkuh dan tidak  memaksa maka tuturan tersebut dianggap santun. Seperti contoh di bawah ini:
·         Bersihkan lantai itu sekarang juga! (kurang santun)
b.      Kaidah Ketidaktegasan
Kaidah ini berisi saran bahwa penutur supaya bertutur sedemikian rupa sehingga mitra tuturnya dapat menentukan pilihan. Hal ini berarti sebuah tuturan dianggap santun apabila memberikan pilihan kepada mitra tuturnya, dan juga sebaliknya jika sebuah tuturan tidak memberikan pilhan kepada mitra tuturnya maka tuturan itu dianggap tidak santun. Seperti contoh di bawah ini:
·         Jika ada waktu dan tidak lelah, perbaiki sepeda saya! (santun)
c.       Kaidah Persamaan atau Kesekawanan
Kaidah ini berisi bahwa hendaknya penutur bertindak seolah-olah mitra tuturnya itu sama atau, dengan kata lain buatlah mitra tutur merasa senang. Hal ini berarti sebuah tuturan dianggap santun apabila tuturan sang penutur membuat senang mitra tuturnya, dan juga sebaliknya jika tuturan sang penutur membuat tidak senang mitra tuturnya maka tuturan tersebut dianggap tidak santun. Seperti contoh di bawah ini:
·         Halus sekali hatimu seperti kulitku. (santun)
USLUB AL HAKIM (ILMU BADI')
Uslub Al-Hakim adalah melontarkan kepada mukhatab pembicaraan yang tidak diinginkan, baik dengan cara meninggalkan pertanyaannya dan memberi jawaban yang tidak ditanyakan, atau dengan membelokan pembicaraan kepada masalah yang tidak ia maksudkan. Hal ini sebagai pertanda bahwa selayaknya mukhatab itu menanyakan atau membicarakan masalah yang kedua (pembicaraan orang yang melayani) itu.
Contoh :
Ibnu Hajjaj berkata :
قال ثقلت إذا أتيت مرارا # قلت ثقلت كاهلى بالآيادي
قال طولت قلت أو ليت طولا # قال أبرمت قلت حبل ودادي
“Ia berkata:Aku telah memberatkan kamu karena aku sering berkunjung kepadamu. Aku berkata: kamu memberatkan punggungku dengan tangan-tanganmu. Ia berkata: Aku berlama-lama. Aku menjawab: kamu menyerahkan pemberian. Ia berkata: Aku membosankan. Aku menjawab: Tali kasih sayangku”.
Pada contoh Uslub Al-Hakim ini teman Ibnu Hajjaj berkata bahwa ia telah memberatkannya sering berkunjung kepadanya. Maka Ibnu Hajjaj memalingkannya dari pernyataannya itu dengan cara menjawab ungkapan yang mengandung nilai seni dan lembut. Lalu ia berkata dengan makna lain, “Kamu telah memberatkan punggungku dengan banyak nya kenikmatan yang kamu berikan.”. keindahan bahasa yang demikian disebut Uslub Al-Hakim (gaya bahasa orang yang bijaksana).




Perbandingan Uslub Chakim dengan Prinsip Kesopanan
Perbandingan antara keduanya adalah apabila prinsip kesopanan menggunakan istilah yang sopan dan tidak menyinggung mitra tutur, parameternya diukur dari norma-norma yang berlaku dalam konteks tersebut, sedangkan uslub hakim menggunakan jawaban dari mitra tutur dengan menggunakan jawaban yang tidak langsung menuju pertanyaan tersebut tetapi mengandung makna yang berkenaan dengan pertanyaan tersebut dengan bijak.







semoga bermanfaat    :)

MAKALAH TUTURAN DIREKTIF DALAM PELAJARAN MAHFUDZOT KELAS SATU DI PONDOK MODERN DARUSSALAM GONTOR (KAJIAN PRAGMATIK)

TUTURAN DIREKTIF DALAM PELAJARAN MAHFUDZOT KELAS SATU DI PONDOK MODERN DARUSSALAM GONTOR
(KAJIAN PRAGMATIK)


Diajukan untuk memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Pragmatik

Oleh:
Mohammad Yasir (C1013034)


PROGRAM STUDI SASTRA ARAB
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016

PENDAHULUAN
    1. Latar Belakang
Pada dasarnya bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan pesan yang ingin disampaikan kepada mitra tutur. Selanjutnya mitra tutur diharapkan menangkap mengenai yang telah dikemukakan oleh penutur. Dengan adanya 2 tujuan ini, maka orang akan berbicara sejelas mungkin, tidak berbelit-belit, ringkas, tidak berlebihan, berbicara secara wajar (termasuk volume suara yang wajar). Allan (Wijana, 1996: 45) Di dalam berbicara, penutur dan mitra tutur sama-sama menyadari bahwa ada kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, dan interpretasi-interpretasinya terhadap tindakan dan ucapan mitra tutur. Setiap peserta tindak tutur bertanggung jawab terhada tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah kebahasaan di dalam interaksi lingual itu.
Menurut Allan (dalam Wijana, 1996: 45) berbahasa sama halnya dengan aktivitas sosial. Kegiatan berbahasa baru terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya. Tindak tutur tindak ujar (speech act) merupakan entitas yang bersifat sentral dalam pragmatik sehingga bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik pragmatik lain seperti praanggapan, perikutan, implikatur percakapan, prinsip kerja sama, dan prinsip kesantunan. Kajian pragmatik yang tidak mendasarkan analisisnya pada tindak tutur bukanlah kajian pragmatik dalam arti yang sebenarnya (Rustono dalam Yanuar, 2012 ). Jenis tindak tutur antara lain tindak tutur representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklarasi.
Tindak tutur direktif merupakan salah satu jenis tindar tutur yang unik untuk diteliti. Direktif yang disini bermakna tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu. Tuturan-tuturan memaksa, memohon, menyarankan, mengajak, meminta, menyuruh, menagih, mendesak, menyarankan, memerintah, memberi aba-aba dan menantang termasuk ke dalam jenis tindak tutur direktif ini.
Adapun tujuan peneliti meneliti tindak tutur direktif dalam mata pelajaran tersebut agar mengetahui kalimat-kalimat yang bermaksud agar mitra tutur melakukan suatu tindakan. Dan berdasarkan paparan di atas, peneliti tertarik untuk membahas tuturan direktif dengan judul “Tuturan Direktif (Perintah) dalam Pelajaran Mahfudzot Kelas Satu di Pondok Modern Darussalam Gontor”. Dan juga peneliti disini membatasi bahasan penelitian hanya pada tuturan direktif yang bersifat langsung atau pada kalimat yang bermodus imperatif.
    1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan, maka masalah yang menjadi bahan kajian dalam penelitian ini adalah:
  1. Tuturan direktif apa saja yang digunakan dalam mata pelajaran Mahfudzot Kelas Satu di Pondok Modern Darussalam Gontor?
  2. Bagaimana penerapan tuturan direktif dalam mata pelajaran Mahfudzot Kelas Satu di Pondok Modern Darussalam Gontor?
    1. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
  1. Mendeskripsikan tuturan direktif yang digunakan dalam mata pelajaran Mahfudzot Kelas Satu di Pondok Modern Darussalam Gontor.
  2. Mengidentifikasi tuturan atau tindak tutur direktif yang digunakan dalam mata pelajaran Mahfudzot Kelas Satu di Pondok Modern Darussalam Gontor.








PEMBAHASAN
Tindak tutur direktif (TTD) adalah salah satu jenis tindak tutur menurut klasifikasi Searle (1969). Fungsinya adalah mempengaruhi petutur atau mitra tutur agar melakukan tindakan seperti yang diungkapkan oleh si penutur. Fungsi umum atau makrofungsi direktif mencakup: menyuruh, memerintah, memohon, mengimbau, menyarankan dan tindakan-tindakan lain yang diungkapkan oleh kalimat bermodus imperatif menurut aliran formalisme. Lebih lanjut Searle mengungkapkan bahwa direktif itu dapat langsung (yaitu dengan menggunakan kalimat bermodus imperatif) dan dapat pula tidak langsung (yaitu dengan menggunakan kalimat bermodus bukan imperatif). Dari penjelasan tuturan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa salah satu tuturan direktif yaitu kalimat perintah satau menyuruh, Dan ini adalah kalimat-kalimat yang akan dianalisa menurut pengertian di atas:
  1. مَنْ سَارَ عَلىَ الدَّرْبِ وَصَلَ
1. Siapa berjalan pada jalannya sampai.
  1. مَنْ جَدَّ وَجَدَ
2. Siapa bersungguh-sungguh, mendapat.
  1. مَنْ صَبَرَ ظَفِرَ
3. Siapa yang sabar beruntung.
  1. مَنْ قَلَّ صِدْقُهُ قَلَّ صَدِيْقُهُ
4. Siapa sedikit kejujurannya, sedikit temannya.
  1. جَالِسْ أَهْلَ الصِّدْقِ وَالوَفَاءِ
5. Pergaulilah orang yang punya kejujuran dan ketepatan janji.
  1. مَوَدَّةُ الصَّدِيْقِ تَظْهَرُ وَقْتَ الضِّيْقِ
6. Kecintaan teman itu, tampak pada waktu kesempitan.
  1. وَمَااللَّذَّةُ إِلاَّ بَعْدَ التَّعَبِ
7. Tidak ada kenikmatan kecuali setelah kepayahan.
  1. الصَّبْرُ يُعِيْنُ عَلىَ كُلِّ عَمَلٍ
8. Kesabaran itu menolong setiap pekerjaan.
  1. جَرِّبْ وَلاَحِظْ تَكُنْ عَارِفًا
9. Coba dan perhatikanlah, niscaya kamu akan menjadi orang yang tahu.
  1. اُطْلُبِ العِلْمَ مِنَ المَهْدِ إِلىَ اللَّحْدِ
10. Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat.
  1. بَيْضَةُ اليَوْمِ خَيْرٌ مِنْ دَجَاجَةِ الغَدِ
11. Telur hari ini lebih baik daripada ayam esok hari.
  1. الوَقْتُ أَثْمَنُ مِنَ الذَّهَبِ
12. Waktu itu lebih mahal daripada emas.

  1. العَقْلُ السَّلِيْمُ فيِ الجِسْم السَّلِيْمِ
13. Akal yang sehat itu ada pada badan yang sehat.
  1. خَيْرُ جَلِيْسٍ فيِ الزَّمَانِ كِتَابٌ
14. Sebaik-baik teman duduk di setiap waktu adalah buku.
  1. مَنْ يَزْرَعْ يَحْصُدْ
15. Siapa menanam, mengetam.
  1. خَيْرُ الأَصْحَابِ مَنْ يَدُلُّكَ عَلىَ الخَيْرِ
16. Sebaik-baik sahabat itu yang menunjukkanmu kepada kebaikan.
  1. لَوْلاَ العِلْمُ لَكَانَ النَّاسُ كَاْلبَهَائِمِ
17. Seandainya tidak ada ilmu niscaya manusia itu seperti binatang.                 
  1. العِلْمُ فيِ الصِّغَرِ كَالنَّقْشِ عَلىَ الحَجَرِ
18. Ilmu di waktu kecil itu, laksana ukiran di atas batu.
  1. لَنْ تَرْجِعَ الأَياَّمُ الَّتيِ مَضَتْ
19. Hari-hari yang telah berlalu itu tidak akan kembali.
  1. تَعَلَّمَنْ صَغِيْرًا وَاعْمَلْ بِهِ كَبِيْرًا
20. Belajarlah di waktu kecil dan amalkanlah di waktu besar.
  1. العِلْمُ بِلاَ عَمَلٍ كَالشَّجَرِ بِلاَ ثَمَرٍ
21. Ilmu tanpa pengamalan itu bagaikan pohon tak berbuah.
  1. الاتِّحَادُ أَسَاسُ النَّجَاحِ
22. Persatuan itu pangkal keberhasilan.
  1. لاَ تَحْتَقِرْ مِسْكِيْنًا وَكُنْ لَهُ مُعِيْناً
23. Jangan menghina orang miskin tetapi jadilah penolong baginya.
  1. الشَّرَفُ بِالأَدَبِ لاَ بِالنَّسَبِ
24. Kemuliaan itu karena kebaikan budi pekerti bukan keturunan.
  1. سَلاَمَةُ الإِنْسَانِ فيِ حِفْظِ اللِّسَانِ
25. Keselamatan manusia itu ada dalam menjaga lidah.
  1. آدَابُ المَرْءِ خَيْرٌ مِنْ ذَهَبِهِ
26. Kebaikan budi pekerti seseorang itu lebih baik dari pada emasnya.
  1. سُوْءُ الخُلُقِ يُعْدِي
27. Budi pekerti yang buruk itu menular.
  1. آفَةُ العِلْمِ النِّسْياَنُ
28. Penyakit ilmu itu adalah lupa.
  1. إِذَا صَدَقَ العَزْمُ وَضَحَ السَّبِيْلُ
29. Jika kemauan (seseorang) itu kuat maka akan jelas jalannya.
  1. لاَ تَحْتَقِرْ مَنْ دُوْنَكَ فَلِكُلِّ شَيْئٍ مَزِيَّةٌ
30. Jangan menghina orang yang lebih rendah daripadamu, karena setiap sesuatu itu mempunyai kelebihan.
  1. أَصْلِحْ نَفْسَكَ يَصْلُحْ لَكَ النَّاسُ
31. Perbaikilah dirimu, orang lain akan baik kepadamu.
  1. فَكِّرْ قَبْلَ أَنْ تَعْزِمَ
32. Berpikirlah sebelum kamu memutuskan/merencanakan.
  1. مَنْ عَرَفَ بُعْدَ السَّفَرِ اِسْتَعَدَّ
33. Barangsiapa yang tahu jauhnya perjalanan, ia akan bersiap-siap.
  1. مَنْ حَفَرَ حُفْرَةً وَقَعَ فِيْهَا
34. Siapa yang menggali lubang, ia  akan terperosok ke dalamnya.
  1. عَدُوٌّ عَاقِلٌ خَيْرٌ مِنْ صَدِيْقٍ جَاهِلٍ
35. Musuh yang pandai itu lebih baik daripada teman yang bodoh.
  1. مَنْ كَثُرَ إِحْسَانُهُ كَثُرَ إِخْوَانُهُ
36. Siapa yang banyak perbuatan baiknya, banyak saudaranya.


  1. اِجْهَدْ وَلاَ تَكْسَلْ وَلاَ تَكُ غَافِلاً فَنَدَامَةُ العُقْبىَ لِمَنْ يَتَكاَسَلُ
37. Bersungguh-sungguhlah, jangan bermalas-malas, dan jangan lengah, karena penyesalan itu atas orang yang bermalas-malas.
  1. لاَ تُؤَخِّرْ عَمَلَكَ إِلىَ الغَدِ مَا تَقْدِرُ أَنْ تَعْمَلَهُ اليَوْمَ
38. Janganlah menunda pekerjaanmu hingga esok hari, jika kamu dapat mengerjakannya hari ini.
  1. اُتْرُكِ الشَّرَّ يَتْرُكْكَ
39. Tinggalkanlah keburukanmu, keburukan itu akan meninggalkanmu.
  1. خَيْرُ النَّاسِ أَحْسَنُهُمْ خُلُقاً وَأَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
40. Sebaik-baik manusia itu, ialah yang paling baik budi pekertinya dan yang paling bermanfaat bagi manusia.
  1. فيِ التَّأَنِّي السَّلاَمَةُ وَفيِ العَجَلَةِ النَّدَامَةُ
41. Di dalam kehati-hatian ada keselamatan, dan di dalam ketergesa-gesaan ada penyesalan.
  1. ثَمْرَةُ التَّفْرِيْطِ النَّدَامَةُ وَثَمْرَةُ الحَزْمِ السَّلاَمَةُ
42. Buah kelengahan itu penyesalan, dan buah kecermatan itu keselamatan.
  1. الرِّفْقُ بِالضَّعِيْفِ مِنْ خُلُقِ الشَّرِيْفِ
43. kelemah-lembutan kepada orang yang lemah itu adalah suatu perangai orang yang mulia.
  1. فَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا
44. Balasan suatu kejahatan itu adalah kejahatan yang sama dengannya.
  1. تَرْكُ الجَوَابِ عَلىَ الجَاهِلِ جَوَابٌ
45. Tidak menjawab atas orang yang bodoh itu adalah jawaban.
  1. مَنْ عَذُبَ لِسَانُهُ كَثُرَ إِخْوَانُهُ
46. Siapa yang manis tutur katanya banyak saudaranya.
  1. إِذَا تَمَّ العَقْلُ قَلَّ الكَلاَمُ
47. Jika akal sempurna sedikit bicara.
  1. مَنْ طَلَبَ أَخًا بِلاَ عَيْبٍ بَقِيَ بَلاَ أَخٍ
48. Siapa yang mencari saudara yang tidak bercela, ia akan tetap tidak mempunyai saudara.
  1. قُلِ الحَقَّ وَلَوْ كَانَ مُرًّا
49. Katakan yang benar, walaupun pahit.
  1. خَيْرُ مَالِكَ مَا نَفَعَكَ
50. Sebaik-baik hartamu adalah yang bermanfaat bagimu.
  1. خَيْرُ الأُمُوْرِ أَوْسَاطُهَا
51. Sebaik-baik perkara itu adalah pertengahanya (yang sederhana).
  1. لِكُلِّ مَقَامٍ مَقَالٌ وَلِكُلِّ مَقَالٍ مَقَامٌ
52. Setiap tempat ada pembicaraannya, dan setiap pembicaraan ada tempatnya.
  1. إِذاَ لمَ ْ تَسْتَحْيِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ
53. Jika kamu tidak malu, maka perbuatlah apa yang kamu kehendaki.
  1. لَيْسَ العَيْبُ لِمَنْ كَانَ فَقِيْرًا بَلِ العَيْبُ لِمَنْ كَانَ بَخِيْلاً
54. Cela itu bukan bagi orang fakir, tapi cela itu bagi orang kikir.
  1. لَيْسَ اليَتِيْمُ الَّذِي قَدْ مَاتَ وَالِدُهُ بَلِ اليَتِيْمُ يَتِيْمُ العِلْمِ وَالأَدَبِ
55. Yatim bukan yang telah meninggal orang tuanya, tapi (sebenarnya) yatim itu adalah yatim ilmu dan budi pekerti.
  1. لِكُلِّ عَمَلٍ ثَوَابٌ وَلِكُلِّ كَلاَمٍ جَوَابٌ
56. Setiap pekerjaan itu ada balasannya, dan setiap perkataan itu ada jawabannya.
  1. وَعَامِلِ النَّاسَ بِمَا تُحِبُّ مِنْهُمْ دَائِماً
57. Pergaulilah manusia itu dengan apa yang selalu kamu inginkan mereka.
  1. هَلَكَ امْرُؤٌ لَمْ يَعْرِفْ قَدْرَهُ
58. Orang yang tidak tahu diri itu akan hancur.
  1. رَأْسُ الذُّنُوْبِ الكَذِبُ
59.Pokok dosa itu, adalah kebohongan.
  1. مَنْ ظَلَمَ ظُلِمَ
60. Siapa yang menganiaya akan dianiaya.
  1. لَيْسَ الجَمَالُ بِأَثْوَابٍ تُزَيِّنُنُا إِنَّ الجَمَالَ جمَاَلُ العِلْمِ وَالأَدَبِ
61. Kecantikan itu bukan karena pakaian yang menghiasi kita, sesungguhnya kecantikan itu ialah kecantikan karena ilmu dan kesopanan.
  1. لاَ تَكُنْ رَطْباً فَتُعْصَرَ وَلاَ يَابِسًا فَتُكَسَّرَ
62. Janganlah bersikap lemah, sehingga diperas, dan jangan bersikap keras, sehingga dipatahkan.
  1. مَنْ أَعاَنَكَ عَلىَ الشَّرِّ ظَلَمَكَ
63. Membantu berbuat jahat berarti ia menganiayamu.


  1. أَخِي لَنْ تَنَالَ العِلْمَ إِلاَّ بِسِتَّةٍ سَأُنْبِيْكَ عَنْ تَفْصِيْلِهَا بِبَيَانٍ: ذَكَاءٌ وَحِرْصٌ وَاجْتِهَادٌ
وَدِرْهَمٌ وَصُحْبَةُ أُسْتَاذٍ وَطُوْلُ زَمَانٍ
64. Saudaraku! Kamu tidak akan mendapatkan ilmu, kecuali dengan enam perkara, akan aku beritahukan perinciannya dengan jelas :
       - Kecerdasan
       - Ketamakan (terhadap ilmu)
       - Kesungguhan
       - Uang (biaya)
       - Dekat dengan Guru
       - Waktu yang lama
  1. العَمَلُ يَجْعَلُ الصَّعْبَ سَهْلاً
65. Berbuat itu menyebabkan yang sukar menjadi mudah.
  1. مَنْ تَأَنَّى نَالَ مَا تَمَنَّى
66. Siapa yang berhati-hati akan mendapatkan apa yang ia cita-citakan.
  1. اُطْلُبِ العِلْمَ وَلَوْ بِالصِّيْنِ
67. Tuntutlah ilmu walaupun di negeri Cina.
  1. النَّظَافَةُ مِنَ الإِيْمَانِ
68. Kebersihan itu bagian dari iman.
  1. إِذَا كَبُرَ المَطْلُوْبُ قَلَّ المُسَاعِدُ
69. Jika tuntutan itu besar, maka akan sedikit penolongnya.
  1. لاَ خَيْرَ فيِ لَذَّةٍ تَعْقِبُ نَدَماً
70. Tidak ada kebaikan dalam kenikmatan yang mengakibatkan penyesalan.
  1. تَنْظِيْمُ العَمَلِ يُوَفِّرُ نِصْفَ الوَقْتِ
71. Pengaturan pekerjaan menghemat separoh waktu.
  1. رُبَّ أَخٍ لَمْ تَلِدْهُ وَالِدَةٌ
72. Kebanyakan saudara itu tidak dilahirkan oleh satu ibu.
  1. دَاوُوْا الغَضَبَ بِالصُّمْتِ
73. Obatilah kemarahan itu dengan diam
  1. الكَلاَمُ يَنْفُذُ مَالاَ تَنْفُذُهُ الإِبَرُ
74. Perkataan itu dapat menembus apa yang tidak bisa ditembus oleh jarum.
  1. لَيْسَ كُلُّ مَا يَلْمَعُ ذَهَباً
75. Tidak setiap yang mengkilat itu emas.
  1. سِيْرَةُ المَرْءِ تُنْبِئُ عَنْ سَرِيْرَتِهِ
76. Perilaku seseorang itu menunjukkan rahasianya.
  1. قِيْمَةُ المَرْءِ بِقَدْرِ مَا يُحْسِنُهُ
77. Nilai seseorang itu sebesar kebaikannya.
  1. صَدِيْقُكَ مَنْ أَبْكَاكَ لاَ مَنْ أَضْحَكَكَ
78. Temannmu adalah orang yang membuatmu menangis bukan orang yang membuatmu tertawa.
  1. عَثْرَةُ القَدَمِ أَسْلَمُ مِنْ عَثْرَةِ اللِّسَانِ
79. Tergelincirnya kaki itu lebih selamat dari pada tergelincirnya lidah.
  1. خَيْرُ الكَلاَمِ مَا قَلَّ وَدَلَّ
80. Sebaik-baik pembicaraan itu ialah yang singkat dan jelas.
  1. كُلُّ شَئٍ إِذَا كَثُرَ رَخُصَ  إِلاَّ الأَدَبَ
81. Segala sesuatu itu apabila banyak menjadi murah, kecuali budi pekerti.
  1. أَوَّلُ الغَضَبِ جُنُوْنٌ وَآخِرُهُ نَدَمٌ
82. Permulaan marah itu kegilaan dan akhirnya penyesalan.
  1. العَبْدُ يُضْرَبُ بِالعَصَا وَالحُرُّ يَكْفِيْهِ بِالإِشَارَةِ
83. Hamba sahaya itu dipukul dengan tongkat, dan orang yang merdeka cukup dengan isyarat.
  1. اُنْظُرْ مَا قَالَ وَلاَ تَنْظُرْ مَنْ قَالَ
84. Lihatlah apa yang dikatakan (diucapkan) dan jangan melihat siapa yang mengatakan.
  1. الحَسُوْدُ لاَ يَسُوْدُ
85. Pendengki itu tidak akan mulia.
  1. الأَعْمَالُ بِخَوَاتِمِهَا
86. Tiap-tiap pekerjaan itu dengan penyelesaiannya.
Dari kalimat-kalimat diatas yang berjumlah 86 kata kata mutiara atau mahfudzot terdapat beberapa tuturan yang mengandung tuturan direktif, yaitu terdapat pada nomor 5, 9, 10, 20, 31, 32, 37, 39, 49, 57, 67, 73, 84. Jadi, dari delapan puluh enam kata-kata mutiara yang dipelajari oleh santri kelas satu di Pondok Modern Darussalam Gontor terdapat tiga belas kata-kata mutiara yang mengandung tuturan direktif. Penjelasannya akan dibahas oleh peneliti sebagai berikut:
  1. جَالِسْ أَهْلَ الصِّدْقِ وَالوَفَاءِ
5. Pergaulilah orang yang punya kejujuran dan ketepatan janji.
Dalam kata mutiara ini terdapat tuturan direktif. Tuturan direktif pada kata mutiara tersebut terdapat pada kata جَالِسْ yang berarti pergaulilah, jadi maksud dari penutur adalah agar mitra tutur bergaul dengan orang yang jujur dan juga orang yang menepati janji, dan kata pergaulilah termasuk tuturan direktif karena makna yang terkandung pada verba ini yaitu perintah.
  1. جَرِّبْ وَلاَحِظْ تَكُنْ عَارِفًا
9. Coba dan perhatikanlah, niscaya kamu akan menjadi orang yang tahu.
Dalam kata mutiara ini terdapat tuturan direktif. Tuturan direktif pada kata mutiara tersebut terdapat pada kata جَرِّبْ yang berarti cobalah dan juga pada kata لاَحِظْ yang berarti perhatikanlah, dan maksud dari penutur pada kata mutiara ini agar lawan tuturnya itu mencoba dan memperhatikan sesuatu agar mengerti akan hal yang dimaksudkan. Dua kata cobalah dan Perhatikanlah termasuk tuturan direktif karena makna yang terkandung pada verba ini yaitu perintah.
  1. اُطْلُبِ العِلْمَ مِنَ المَهْدِ إِلىَ اللَّحْدِ
10. Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat.
Dalam kata mutiara ini terdapat tuturan direktif. Tuturan direktif pada kata mutiara tersebut terdapat pada kata اُطْلُبِ  yang berarti tuntutlah, maksud dari penutur pada kata mutiara ini agar mitra tuturnya tersebut mau agar menuntut ilmu dari buaian hingga akhir hidupnya. kata cobalah dan Perhatikanlah termasuk tuturan direktif karena makna yang terkandung pada verba tersebut yaitu perintah.
  1. تَعَلَّمَنْ صَغِيْرًا وَاعْمَلْ بِهِ كَبِيْرًا
20. Belajarlah di waktu kecil dan amalkanlah di waktu besar.
Dalam kata mutiara ini terdapat tuturan direktif. Tuturan direktif pada kata mutiara tersebut terdapat pada kata تَعَلَّمَنْ  yang berarti belajarlah dan juga pada kata اعْمَلْ yang berarti amalkan, dan maksud dari penutur pada kalimat di atas agar lawan tuturnya itu mau untuk belajar ketika masih kecil dan mengamalkan ilmunya tersebut ketika telah dewasa. Dua kata belajarlah dan amalkanlah termasuk tuturan direktif karena makna yang terkandung pada verba ini yaitu perintah.
  1. أَصْلِحْ نَفْسَكَ يَصْلُحْ لَكَ النَّاسُ
31. Perbaikilah dirimu, orang lain akan baik kepadamu.
Dalam kata mutiara ini terdapat tuturan direktif. Tuturan direktif pada kata mutiara tersebut terdapat pada kata أَصْلِحْ  yang berarti perbaikilah, dan maksud dari penutur adalah agar mitra tutur memperbaiki dirinya sendiri karena jika dia telah baik maka orang lain akan baik pula terhadapnya, dan kata perbaikilah termasuk tuturan direktif karena makna yang terkandung pada verba ini yaitu perintah.
  1. فَكِّرْ قَبْلَ أَنْ تَعْزِمَ
32. Berpikirlah sebelum kamu memutuskan/merencanakan.
Dalam kata mutiara ini terdapat tuturan direktif. Tuturan direktif pada kata mutiara tersebut terdapat pada kata فَكِّرْ  yang berarti berfikirlah, dan maksud dari penutur adalah agar mitra tutur berfikir terlebih dahulu sebelum melakuan sesuatu apapun, dan kata berfikirlah termasuk tuturan direktif karena makna yang terkandung pada verba ini yaitu perintah.
  1. اِجْهَدْ وَلاَ تَكْسَلْ وَلاَ تَكُ غَافِلاً فَنَدَامَةُ العُقْبىَ لِمَنْ يَتَكاَسَلُ
37. Bersungguh-sungguhlah, jangan bermalas-malas, dan jangan lengah, karena penyesalan itu atas orang yang bermalas-malas.
Dalam kata mutiara ini terdapat tuturan direktif. Tuturan direktif pada kata mutiara tersebut terdapat pada kata اِجْهَدْ  yang berarti bersungguh-sungguhlah, dan maksud dari penutur adalah agar mitra tutur tersebut bersungguh-sungguh dalam suatu hal, dan jangan bermalas-malas pun jangan lengah karena orang yang malas pasti akan menyesal di kemudian, dan kata bersungguh-sungguhlah termasuk tuturan direktif karena makna yang terkandung pada verba ini yaitu perintah.
  1. اُتْرُكِ الشَّرَّ يَتْرُكْكَ
39. Tinggalkanlah keburukanmu, keburukan itu akan meninggalkanmu.
Dalam kata mutiara ini terdapat tuturan direktif. Tuturan direktif pada kata mutiara tersebut terdapat pada kata اُتْرُكِ  yang berarti tinggalkanlah, dan maksud dari penutur adalah agar mitra tutur meninggalkan keburukan apapun, karena ia menjauh dari keburukan maka keburukan pula akan menjauh darinya, dan kata tinggalkanlah termasuk tuturan direktif karena makna yang terkandung pada verba ini yaitu perintah.
  1. قُلِ الحَقَّ وَلَوْ كَانَ مُرًّا
49. Katakanlah yang benar, walaupun pahit.
Dalam kata mutiara ini terdapat tuturan direktif. Tuturan direktif pada kata mutiara tersebut terdapat pada kata قُلِ  yang berarti katakanlah, dan maksud dari penutur supaya lawan tuturnya berkata yang sejujur-jujurnya walaupun itu sulit dan akan menimbulkan sesuatu yang tidak diinginkan, dan kata katakanlah termasuk tuturan direktif karena makna yang terkandung pada verba ini yaitu perintah.
  1. وَعَامِلِ النَّاسَ بِمَا تُحِبُّ مِنْهُمْ دَائِماً
57. Pergaulilah manusia itu dengan apa yang selalu kamu inginkan mereka.
Dalam kata mutiara ini terdapat tuturan direktif. Tuturan direktif pada kata mutiara tersebut terdapat pada kata عَامِلِ yang berarti pergaulilah, dan maksud dari penutur supaya lawan tuturnya dalam kehidupan sosialnya bergaul dengan manusia dengan apa yang selalu diinginkan, dan kata pergaulilah termasuk tuturan direktif karena makna yang terkandung pada verba ini yaitu perintah.
  1. اُطْلُبِ العِلْمَ وَلَوْ بِالصِّيْنِ
67. Tuntutlah ilmu walaupun di negeri Cina.
Dalam kata mutiara ini terdapat tuturan direktif. Tuturan direktif pada kata mutiara tersebut terdapat pada kata اُطْلُبِ  yang berarti tuntutlah, dan maksud dari penutur supaya lawan tuturnya tersebut belajar ilmu apapun hingga berhasil dan disini diumpamakan hingga negeri Cina, dan kata tuntutlah termasuk tuturan direktif karena makna yang terkandung pada verba ini yaitu perintah.
  1. دَاوُوْا الغَضَبَ بِالصُّمْتِ
73. Obatilah kemarahan itu dengan diam

Dalam kata mutiara ini terdapat tuturan direktif. Tuturan direktif pada kata mutiara tersebut terdapat pada kata دَاوُوْا  yang berarti obatilah, jadi maksud dari penutur adalah agar mitra tutur mengobati ataupun menghilangkan kemarahannya dengan cara diam, dan kata obatilah termasuk tuturan direktif karena makna yang terkandung pada verba ini yaitu perintah.
  1. اُنْظُرْ مَا قَالَ وَلاَ تَنْظُرْ مَنْ قَالَ
84. Lihatlah apa yang dikatakan (diucapkan) dan jangan melihat siapa yang mengatakan.
Dalam kata mutiara ini terdapat tuturan direktif. Tuturan direktif pada kata mutiara tersebut terdapat pada kata اُنْظُرْ  yang berarti lihatlah, dan maksud dari penutur supaya lawan tuturnya melihat apa yang dikatakan seseorang dan bukan melihat siapa yang mengatakan sesuatu tersebut, dan kata lihatlah termasuk tuturan direktif karena makna yang terkandung pada verba ini yaitu perintah.


SIMPULAN
Terdapat dua kesimpulan besar dalam pembahasan peneliti di atas, yaitu:
  1. Tuturan direktif adalah salah satu jenis tindak tutur yang fungsinya adalah mempengaruhi petutur atau mitra tutur agar melakukan tindakan seperti yang diungkapkan oleh si penutur. Fungsi umum tuturan direktif mencakup: menyuruh, memerintah, memohon, mengimbau, menyarankan dan tindakan-tindakan lain yang diungkapkan oleh kalimat bermodus imperative (secara langsung).
  2. Dalam mata pelajaran mahfudzot kelas satu di Pondok Modern Darussalam Gontor ditemukan 13 tuturan direktif yang secara langsung atau yang bermodus imperatif dan tuturan tersebut terdapat pada mahfudzot nomer 5, 9, 10, 20, 31, 32, 37, 39, 49, 57, 67, 73, 84. Di dalam semua mahfudzot tersebut terdapat fi’il amr (verba imperatif). Yang mana arti dari verba imperatif tersebut selalu diberi afiks lah di belakangnya. Yang berarti ini adalah tuturan perintah. Diantara tuturannya yaitu اُنْظُرْ yang berarti lihatlah.










Daftar Pustaka
قسم المنهج الدراسي بكلية المعلمين الإسلامية. صفر 1427/ مارس 2006. المحفوظات مقرر للصف الأول بكلية المعلمين الإسلامية. فونوروكو. دار السلام للطباعة والنشر.
Leech, Geoffy. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. (Terj). Jakarta: Universitas Indonesia.  
Wijana, Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.